OMNIBUS-LAW
DAN COVID-19
OLEH SANG PEMULA
Malam adalah sebuah waktu
dimana kehidupan kembali beristirahat dari lelahnya aktivitas yang kita lakukan
sehari-hari. Aku terbangun dari tidurku yang sangat indah ketika mimpi menjadi
ruang yang menghiasi alam bawah sadarku setelah lelahnya jiwaku memberontak
kepada Sang Penguasa tubuh yang di akhiri dengan lelapnya diatas kasurku dengan
kesepakatan JANGAN, JANGAN, JANGAN BANGUNKAN AKU. Nyatanya aku bangun dari indahnya
mimpi yang kunyatakan terbaik dalam hidupku itu karena adanya ketidakseimbangan
jalan yang di tempuh bangsaku dalam meneruskan cita-cita leluhurku sebelum
Ibuku mengizinkan aku keluar dari gelap perutnya untuk menunjukkan warna-warna
hidup selain gelapnya ku rasakan. Dan lagi-lagi telah aku langgar kesepakatan
antara jiwaku dan sang Penguasa tubuh karna ini pilihanku untuk bangkit
menguatakan diriku untuk melihat teriakan-teriakan dari jiwa mereka yang tak
merasa di perjuangkan hidupnya di tengah wabah mematikan ini hanya karna perbedaan
status sosial yang ada. Kami mengenal wabah ini sebagai senjata tak terlihat
yang di hidupkan dari negara-negara adi kuasa untuk menguasai negara-negara
yang jatuh ekonominya karena dampak wahab ini atau lebih jelasnya wabah ini
adalah COVID-19 yang sedang hidup diantara saudara-saudaraku di bawah bendera
merah putih yang masih berkibar. Aku melihat mereka hingga hari ini masih
beraktivitas seperti biasa karena ada harus mereka perjuangkan selain dirinya
yang telah hilang raganya walaupun kematian akan menghapirinya tanpa mengenal
dia lahir dari kelas-kelas yang ada. Di balik mejaku disini aku mewakili
suara-suara mereka yang terabaikan oleh Sang Penguasa Negara ini atas ketidakadilan
yang harus mereka terima hanya karna kami tidak sama dengan kalian, HEY aku ini
dan kalian semua sama-sama SAUDARA dan sama-sama INDONESIA tetapi mengapa
kalian-kalian yang duduk disinggah sana tanpa takut panasnya terik matahari,
tanpa takut dinginya air hujan, dan tanpa takut akannya kencangnya badai yang
dirasakan kami, tapi kalian-kalian tidak bisa atau lebih jelasnya lagi tak sudi
menolong kami dari wabah mematikan ini hanya karna kalian-kalian semua membuang
kesejahteraan kami hanya untuk memperbesar kantong-kantong kalian dan memuaskan
pelayanan menjijikkan kalian untuk para-para investor yang menggemukkan
badannya dengan hasil memeras keringat kami hingga darah pun keluar, Dengan secara
biadab kalian menciptakan OMNIBUS-LAW. Lantas apakah ini sebuah keadilan yang
harus kami paksa rasakan karna secara langsung kalian-kalian menciptakan mesin
penindas untuk kami, mengusir kami dari tanah kelahiran kami sendiri,
menghancurkan alam-alam dengan lubang-lubang tambang, mencemari indahnya sungai
kami dengan limbah pabrik kalian, membakar hutan-hutan yang luas tempat kami
bernafas, dan membayar upah kami tidak sesuai dengan hasil-hasil yang kami
kerjakan untuk kalian, karna watak-watak pemikiran kalian adalah lebih baik
mati satu karna akan tumbuh seribu, HEY kalian yang duduk dibelakang hukum
INGAT kami ini manusia yang sejatinya di lahirkan untuk sebesar-besarnya
merasakan hak-hak kami untuk hidup di tanah yang sama dengan kalian!!! Apa
untungnya bagi kami diciptakan OMNIBUS-LAW yang jelas-jelas menindas dan
menghisap kami hingga mati karna dalihnya untuk membangun ekonomi negaranya untuk
mewujudkan kesejahteraan dibawah kesengsaraan rakyat Indonesia. Dengan ini ku
nyatakan bahwa Indonesia adalah bukan masyakarat setengah jajahan – setengah
fedoal tetapi kita murni 100% dijajah oleh bangsa asing dan bangsa kita sendiri
akan tamak oleh nafsu dunia untuk memuaskan dirinya sendiri diatas suara-suara
rakyat berteriak keadilan dan kesejahteraan yang secara gamblang pemerintah
hari ini menjalankan lagi Rezim Soeharto ditengah-tengah Reformasi mulai redup
akibat kelakukan kalian. Belum lagi pemerintah memanfaatkan covid-19 sebagai
cara ampuh untuk menhentikan gerakan kami dan tetap mengadakan pembahasan
omnibus-law padahal bagi saya ada yang terpenting pemerintah tak mengurusi
kebijakan konyol itu adalah memastika kami sebagai rakyat mendapatkan jaminan
kesehatan dan kebutuhan pokok kami agar kami tidak bingung untuk hari esok. Saya
berharap tulisan ku ini bisa mewakili seluruh rakyat Indonesia atas keresahan
atas yang kami rasakan di tengah wabah yang mematikan ini karena kami
menginginkan pemerintah untuk sangat fokus akan kehidupan dan keselamatan
kesehatan kami sebagai warga Indonesia. Izinkan saya mengutip salah satu
kata-kata seorang tokoh yang mengispirasi saya “ Sudah lama aku dengar dan aku
baca ada suatu negeri dimana semua orang sama didepan mata hukum. Tidak seperti
di Hindia ini. Kata dongeng itu juga : Negeri itu memashurkan, menjungjung dan
memuliakan kebebasan, persamaan dan persaudaraan. Aku ingin melihat negeri
dongengan itu dalam kenyataan. ( Pramodeya Ananta Toer )”.
.
.
.
.
.
Jakarta, 9 April
2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar