Jumat, 10 April 2020


OMNIBUS-LAW DAN COVID-19

OLEH SANG PEMULA

Malam adalah sebuah waktu dimana kehidupan kembali beristirahat dari lelahnya aktivitas yang kita lakukan sehari-hari. Aku terbangun dari tidurku yang sangat indah ketika mimpi menjadi ruang yang menghiasi alam bawah sadarku setelah lelahnya jiwaku memberontak kepada Sang Penguasa tubuh yang di akhiri dengan lelapnya diatas kasurku dengan kesepakatan JANGAN, JANGAN, JANGAN BANGUNKAN AKU. Nyatanya aku bangun dari indahnya mimpi yang kunyatakan terbaik dalam hidupku itu karena adanya ketidakseimbangan jalan yang di tempuh bangsaku dalam meneruskan cita-cita leluhurku sebelum Ibuku mengizinkan aku keluar dari gelap perutnya untuk menunjukkan warna-warna hidup selain gelapnya ku rasakan. Dan lagi-lagi telah aku langgar kesepakatan antara jiwaku dan sang Penguasa tubuh karna ini pilihanku untuk bangkit menguatakan diriku untuk melihat teriakan-teriakan dari jiwa mereka yang tak merasa di perjuangkan hidupnya di tengah wabah mematikan ini hanya karna perbedaan status sosial yang ada. Kami mengenal wabah ini sebagai senjata tak terlihat yang di hidupkan dari negara-negara adi kuasa untuk menguasai negara-negara yang jatuh ekonominya karena dampak wahab ini atau lebih jelasnya wabah ini adalah COVID-19 yang sedang hidup diantara saudara-saudaraku di bawah bendera merah putih yang masih berkibar. Aku melihat mereka hingga hari ini masih beraktivitas seperti biasa karena ada harus mereka perjuangkan selain dirinya yang telah hilang raganya walaupun kematian akan menghapirinya tanpa mengenal dia lahir dari kelas-kelas yang ada. Di balik mejaku disini aku mewakili suara-suara mereka yang terabaikan oleh Sang Penguasa Negara ini atas ketidakadilan yang harus mereka terima hanya karna kami tidak sama dengan kalian, HEY aku ini dan kalian semua sama-sama SAUDARA dan sama-sama INDONESIA tetapi mengapa kalian-kalian yang duduk disinggah sana tanpa takut panasnya terik matahari, tanpa takut dinginya air hujan, dan tanpa takut akannya kencangnya badai yang dirasakan kami, tapi kalian-kalian tidak bisa atau lebih jelasnya lagi tak sudi menolong kami dari wabah mematikan ini hanya karna kalian-kalian semua membuang kesejahteraan kami hanya untuk memperbesar kantong-kantong kalian dan memuaskan pelayanan menjijikkan kalian untuk para-para investor yang menggemukkan badannya dengan hasil memeras keringat kami hingga darah pun keluar, Dengan secara biadab kalian menciptakan OMNIBUS-LAW. Lantas apakah ini sebuah keadilan yang harus kami paksa rasakan karna secara langsung kalian-kalian menciptakan mesin penindas untuk kami, mengusir kami dari tanah kelahiran kami sendiri, menghancurkan alam-alam dengan lubang-lubang tambang, mencemari indahnya sungai kami dengan limbah pabrik kalian, membakar hutan-hutan yang luas tempat kami bernafas, dan membayar upah kami tidak sesuai dengan hasil-hasil yang kami kerjakan untuk kalian, karna watak-watak pemikiran kalian adalah lebih baik mati satu karna akan tumbuh seribu, HEY kalian yang duduk dibelakang hukum INGAT kami ini manusia yang sejatinya di lahirkan untuk sebesar-besarnya merasakan hak-hak kami untuk hidup di tanah yang sama dengan kalian!!! Apa untungnya bagi kami diciptakan OMNIBUS-LAW yang jelas-jelas menindas dan menghisap kami hingga mati karna dalihnya untuk membangun ekonomi negaranya untuk mewujudkan kesejahteraan dibawah kesengsaraan rakyat Indonesia. Dengan ini ku nyatakan bahwa Indonesia adalah bukan masyakarat setengah jajahan – setengah fedoal tetapi kita murni 100% dijajah oleh bangsa asing dan bangsa kita sendiri akan tamak oleh nafsu dunia untuk memuaskan dirinya sendiri diatas suara-suara rakyat berteriak keadilan dan kesejahteraan yang secara gamblang pemerintah hari ini menjalankan lagi Rezim Soeharto ditengah-tengah Reformasi mulai redup akibat kelakukan kalian. Belum lagi pemerintah memanfaatkan covid-19 sebagai cara ampuh untuk menhentikan gerakan kami dan tetap mengadakan pembahasan omnibus-law padahal bagi saya ada yang terpenting pemerintah tak mengurusi kebijakan konyol itu adalah memastika kami sebagai rakyat mendapatkan jaminan kesehatan dan kebutuhan pokok kami agar kami tidak bingung untuk hari esok. Saya berharap tulisan ku ini bisa mewakili seluruh rakyat Indonesia atas keresahan atas yang kami rasakan di tengah wabah yang mematikan ini karena kami menginginkan pemerintah untuk sangat fokus akan kehidupan dan keselamatan kesehatan kami sebagai warga Indonesia. Izinkan saya mengutip salah satu kata-kata seorang tokoh yang mengispirasi saya “ Sudah lama aku dengar dan aku baca ada suatu negeri dimana semua orang sama didepan mata hukum. Tidak seperti di Hindia ini. Kata dongeng itu juga : Negeri itu memashurkan, menjungjung dan memuliakan kebebasan, persamaan dan persaudaraan. Aku ingin melihat negeri dongengan itu dalam kenyataan. ( Pramodeya Ananta Toer )”. 
.
.
.
.
.
Jakarta, 9 April 2020